Senin, 28 November 2016

PENGOLAHAN LIMBAH PADAT



PENGOLAHAN LIMBAH PADAT
A.    PENGELOLAAN LIMBAH PADAT
            Jika didefinisikan secara harfiah, pengelolaan limbah padat adalah pengumpulan, pengangkutan, dan pembuangan limbah padat. Definisi yang lebih luas dari pengelolaan limbah padat juga mencakup upaya pengurangan sumber yang membatasi produksi limbah padat langsung pada sumbernya walau komponen limbah padat di dominasikan oleh bidang pertanian dan pertambangan, pembahasan berikut mengenai pengelolaan limbah padat di tunjukan terutama untuk limbah perkotaan dan industry, yang menimbulkan masalah lebih besar pada lingkungan. Penanganan limbah padat perkotaan dapat di bagi ke dalam dua langkah pengumpulan dan pembuangan.
a.                   Pengumpulan
Sekitar 80% anggara yang dikeluarkan untuk pengelolaan limbah dihabiskan untuk proses pengumpulanya. Dihadaptkan dengan  jumlah limbah yang terus bertambah, efisiensi yang sangat besar diperlukan dalam pengumpulanya  sehingga lebih banyak dana yang dapat dikeluarkan  untuk pembuangannya yang rama lingkungan. Biasanya staf yang terdiri dari  tiga orang dan sebuah truk besar akan mengumpulkan limbah perkotaan dari tempat pembuangan sementara (TPS) di setiap gang atau jalan. Namun, pengalaman menunjukan banyak staf, ukuran truk, dan jenis truk seperti truk yang dapat dioprasikan 1 orang atau truk yang memiliki kompartemen penyimpanan berbeda untuk memisahkan sampah dapat meningkatan efisiensi dan mengurangi biaya pengumpulan . lagipula, pengumpulan dan pengangkutan sampah melalui pipa hidrolik dan/atau pneumatic ( metode yang digunakan Disney World) dapat membut pengumpulan limbah menjadi lebih efisien dan tidak terlibat.
b.                  Pembuangan
Saat ini, kebanyakan perkotaan membuang limbah mereka di sanitari landfill, lokasi yang dipandang tempat untuk pembuangan linbah padat di dalam tanah. limbah padat perkotaan pada lahan yang tidak sesuai akan mengakibatakan pencemaran air tanah ( aor yang berada dibawah tanah), yang mungkin merupakan satu-satunya sumber air minum masyarakat.

            Pengolaan limbah padat harus memperhatikan karakteristik dan kandungan yang terdapat didalam limbah padat tersebut. Limbah padat yang mengandung bahan organik dapat membusuk degan adanya aktivitas mikroorganisme pengurai. Dengan demikian pengelolaannya menghendaki kecepatan, baik dalam pengumpulan dan pembuangan. Pembusukan limbah padat organik akan menghasilkan antara lain CH4, dan H2S yang bersifat racun bagi tubuh. Selain beracun,gas H2S juga berbau busuk sehingga secara estetis tidak dapat dibenarkan. Tetapi bagi lingkungan limbah padat ini relative kurang berbahaya  karena dapat terurai dengan sempurna.
            Limbah padat yang mengandung bahan anorganik tidak dapat membusuk. Bila memungkinkan limbah padat jenis ini sebaiknya didaur ulang sehingga dapat bermanfaat kembali. bila tidak memungkinkan, limbah jenis ini  dapat dibakar agar terurai menjadi bentuk lain sehingga volumenya menjadi lebih kecil.
            Untuk limbah padat yang mengandung bahan berbahaya dan beracun, diperlukan suatu cara pengelolaan yang lebih spesifik.
            Pemusnahan/pembuangan limbah padat dapat dengancara landfill, pembakaran, animal feeding,  penguraian dengan bantuan mikroorganisme maupun penekanan untuk memperkecil limbah padat. Banyak pertimbangan yang harus diperhatikan dalam pemusnahan/pembuanagan limbah padat tersebut.
            Pemusnahan/pembuangan limbah padat dengan cara landfill (penimbunan pada tanah) dapat dilakukan untuk limbah padat yang tidak mengandung bahan berbahaya dan beracun. Namun, cara ini dapat menyebakan kontaminasi dan kontaminsi tanah bila tidak dilakukan dengan tepat.
            Untuk limbah padat yang tidak dapat membusuk atau mengandung bahan berbahaya dan beracun, penggunaan incinerator merupakan salah satu metode  yang direkomendasikan. Umumnya incinerator terdiri dari komponen swbagi berikut:
·                     Tungku pembakaran
·                     Ruang purna bakar
·                     Unit pembersih gas buang
·                     Cerobong asap
Mula-mula limbah padat yang dikumpulkan dituangkan ke dalam tungku
pembakar melalui suatu corong pengisi. Kemudian api dinyalakan didalam dengan pertolongan bahan bakar yang disemprotkan ke dalam tungku bakar. Ke dalam tungku bakar juga ditambahkan udara secara terpisah mempertahankan jumlah oksigen yang cukup guna menjaga kelangsungan pembakaran. Dalam tungku pembakar ini diusahakan agar api tersebut meratah ke seluruh bahian limbah padat.
Selanjutnya, gas-gas sisa pebakaran akan memulai ruang purna bakar untuk menyempurnakan pembakaran. Di dalam ruang purna bakar selalu dijaga agar tidak terjadi kekurangan oksigen. Hal ini dapat dilakukan dengan penambahan udara ke dalam ruang purna bakar. Selainitu juga, factor temperatur dan lamanya gas tungku berada dalam ruang purna pembakaran, sangat menentukan keberhasilan dalam ruang purna bakar. Ada baiknya bila ruana purna pembakaran terdapat sebuah alat pembakar tambahan untuk menjamin lebih sempurnanya pembakaran.
Selanjutanya gas-gas sisa pembakaran yang panas dialirkan ke dalam ketel pembuanagn panas.panas ini dapat digunakan untuk menghasilkan uap air. Selanjutnya gas-gas ini ke dalam unit pembersihan gas buang, untuk menyaring partikel-partikel debu dan gas-gas berbahaya lainnya sebelum dikeluarkan melalui cerobong asap.
Bila tidak dioprasikan dengan tepat, cara ini dapat mengakibatakan pencemaran udara. Karena itu penggunaan alat ini harus dibarengi dengan pematauan gas-gas yang dihasilakan dalam proses pembakaran limbah padat.
Limbah padat yang mengadung bahan organik dan tidak mengandung Bahan Berbahaya dan Beracun dapat diproses secara biologi untuk mengurangi volumenya ataupun dapat juga memperoleh produk yang berguna seperti kompos maupun biogas. Seperti pengolahan air limbah, pengolahan limbah padat dengan cara biologi dapat dilakukan melalui proses aerobic (composting), anaerobic ( biogas)  taupun kombinasi antara keduanya Hasil akhir pengolahan dengan cara ini dapat berupa pupuk kompos maupun biogas. Namun cara ini berpotensi untuk mengeluarkan bau yang tidak sedap.
Limbah padat organic yang merupakan sisa makanan dapat diolah menjadi animal feeding  (makanan ternak). Selain itu, limbah padat juga dapat diperkecil volumenya dengan cara penekanan sehingga mengurangi areal penyimpanan sampah tersebut.
Terlihat bahwa pengolahan limbah padat haruslah dilakukan secara bijak, untuk sangat dibutuhkan pengetahuan akan karakteristik masing-masing.
3.2       HUBUNGAN LIMBAH PADAT DENGAN KESEHATAN LINGKUNGAN
            Limbah padat mengakibatkan gangguan kesehatan, terutama bila di dalam limbah padat tersebut terdapat mikroorganisme pathogen, ataupun bahan berbahaya atau beracun. Di samping itu, proses pembusukan, pembakaran, dan pembuangan limbah padat biasanya menghasilkan gas-gas yang dapat mengganggu estetika (Mulia,2005).
            Menurut Soemirat (2006) pengaruh sampah terhadap kesehatan manusia dikelompokkan menjadi 2 kelompok:
1. Efek langsung
     Efek langsung adalah efek yang disebabkan karena kontak langsung dengan sampah tersebut, misalnya sampah beracun, sampah yang korosif terhadap tubuh, yang karsinogenik, dan teratogenik. Selain itu ada pula sampah yang mengandung kuman pathogen sehingga dapat menimbulkan penyakit.
2.  Efek tidak langsung
     Pengaruh tidak langsung dapat dirasakan masyarakat akibat proses pembusukan, pembakaran dan pembuangan sampah. Dekomposisi sampah biasanya terjadi secara aerobik, dilanjutkan secara fakultatif, dan secara anaerobic apabila oxigen telah habis.      Menurut Mukono (2005) pengelolaan sampah mempunyai pengaruh terhadap masyarakat dan lingkungan.
     1. Pengaruh yang positif
          Pengelolaan sampah yang baik akan memberikan pengaruh yang positif terhadap masyarakat dan lingkungannya, seperti berikut: (Chandra, 2005).
1.      Sampah yang dapat dimanfaatkan unuk menimbun lahan semacam rawa-rawa dan dataran rendah.
2.      Sampah dapat dimanfaatkan untuk pupuk.
3.      Sampah dapat diberikan untuk makanan ternak setelah menjalani proses pengelolaan yang telah ditetukan lebih dahulu untuk mencegah pengaruk buruk sampah tersebut terhadap ternak.
4.      Pengelolaan sampah menyebabkan berkurangnya tempat untuk berkembang biak serangga atau binatang pengerat.
5.      Menurunkan insidensi kasus penyakit menular yang erat hubungannya dengan sampah.
6.      Keadaan estetika lingkungan yang bersih menimbulkan kegairahan hidup masyarakat.
7.      Keadaan lingkungan yang baik mencerminkan kemajuan budaya masyarakat.
8.      Keadaan lingkungan yang baik akan menghemat pengeluaran suatu Negara sehingga dana itu dapat digunakan untuk keperluan lain.
     2.  Pengaruh negatif
         Pengaruh negatif dari pengelolaan sampah ini tampak pada 3 aspek:
         a. Aspek Kesehatan
         -     Sampah dapat memberikan tempat tinggal bagi vektor penyakit, seperti:
               serangga, tikus, cacing, jamur.
         -     Dari vektor yang tersebut di atas dapat menimbulkan penyakit, antara lain:
     1.  Insect borne disease
         Lalat       : diare, cholera, typus
         Nyamuk : DHF (dengue haemorrhagic fever)
     2.  Rodent disease
         Pes, murnie typus
     3. Vektor Jamur
         Penyakit kulit dan candidiasis
     4.  Vektor cacing
         Taenia, hookworm, cacing gelang dan cacing kremi.
     b.  Aspek Lingkungan
     -   Estetika lingkungan
     -   Penurunan kualitas udara
     -   Pembuangan sampah ke badan air akan menyebabkan pencemaran air
     c.  Aspek sosial masyarakat
     -   Pengelolaan sampah yang kurang baik dapat mencerminkan status keadaan sosial masyarakat
     -   Keadaan lingkungan yang kurang saniter dan estetika akan menurunkan hasrat turis untuk berkunjung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar