PENGOLAHAN
LIMBAH PADAT
A.
PENGELOLAAN LIMBAH PADAT
Jika didefinisikan secara harfiah,
pengelolaan limbah padat adalah pengumpulan, pengangkutan, dan pembuangan
limbah padat. Definisi yang lebih luas dari pengelolaan limbah padat juga
mencakup upaya pengurangan sumber yang membatasi produksi limbah padat langsung
pada sumbernya walau komponen limbah padat di dominasikan oleh bidang pertanian
dan pertambangan, pembahasan berikut mengenai pengelolaan limbah padat di
tunjukan terutama untuk limbah perkotaan dan industry, yang menimbulkan masalah
lebih besar pada lingkungan. Penanganan limbah padat perkotaan dapat di bagi ke
dalam dua langkah pengumpulan dan pembuangan.
a.
Pengumpulan
Sekitar 80% anggara yang
dikeluarkan untuk pengelolaan limbah dihabiskan untuk proses pengumpulanya.
Dihadaptkan dengan jumlah limbah yang
terus bertambah, efisiensi yang sangat besar diperlukan dalam
pengumpulanya sehingga lebih banyak dana
yang dapat dikeluarkan untuk
pembuangannya yang rama lingkungan. Biasanya staf yang terdiri dari tiga orang dan sebuah truk besar akan mengumpulkan
limbah perkotaan dari tempat pembuangan sementara (TPS) di setiap gang atau
jalan. Namun, pengalaman menunjukan banyak staf, ukuran truk, dan jenis truk
seperti truk yang dapat dioprasikan 1 orang atau truk yang memiliki kompartemen
penyimpanan berbeda untuk memisahkan sampah dapat meningkatan efisiensi dan
mengurangi biaya pengumpulan . lagipula, pengumpulan dan pengangkutan sampah
melalui pipa hidrolik dan/atau pneumatic ( metode yang digunakan Disney World)
dapat membut pengumpulan limbah menjadi lebih efisien dan tidak terlibat.
b.
Pembuangan
Saat ini, kebanyakan perkotaan
membuang limbah mereka di sanitari
landfill, lokasi yang dipandang tempat untuk pembuangan linbah padat di
dalam tanah. limbah padat perkotaan pada lahan yang tidak sesuai akan
mengakibatakan pencemaran air tanah ( aor yang berada dibawah tanah), yang
mungkin merupakan satu-satunya sumber air minum masyarakat.
Pengolaan
limbah padat harus memperhatikan karakteristik dan kandungan yang terdapat
didalam limbah padat tersebut. Limbah padat yang mengandung bahan organik dapat
membusuk degan adanya aktivitas mikroorganisme pengurai. Dengan demikian pengelolaannya
menghendaki kecepatan, baik dalam pengumpulan dan pembuangan. Pembusukan limbah
padat organik akan menghasilkan antara lain CH4, dan H2S
yang bersifat racun bagi tubuh. Selain beracun,gas H2S juga berbau
busuk sehingga secara estetis tidak dapat dibenarkan. Tetapi bagi lingkungan
limbah padat ini relative kurang berbahaya
karena dapat terurai dengan sempurna.
Limbah
padat yang mengandung bahan anorganik tidak dapat membusuk. Bila memungkinkan
limbah padat jenis ini sebaiknya didaur ulang sehingga dapat bermanfaat
kembali. bila tidak memungkinkan, limbah jenis ini dapat dibakar agar terurai menjadi bentuk
lain sehingga volumenya menjadi lebih kecil.
Untuk
limbah padat yang mengandung bahan berbahaya dan beracun, diperlukan suatu cara
pengelolaan yang lebih spesifik.
Pemusnahan/pembuangan
limbah padat dapat dengancara landfill,
pembakaran, animal feeding, penguraian dengan bantuan mikroorganisme
maupun penekanan untuk memperkecil limbah padat. Banyak pertimbangan yang harus
diperhatikan dalam pemusnahan/pembuanagan limbah padat tersebut.
Pemusnahan/pembuangan
limbah padat dengan cara landfill
(penimbunan pada tanah) dapat dilakukan untuk limbah padat yang tidak
mengandung bahan berbahaya dan beracun. Namun, cara ini dapat menyebakan
kontaminasi dan kontaminsi tanah bila tidak dilakukan dengan tepat.
Untuk
limbah padat yang tidak dapat membusuk atau mengandung bahan berbahaya dan
beracun, penggunaan incinerator merupakan salah satu metode yang direkomendasikan. Umumnya incinerator
terdiri dari komponen swbagi berikut:
·
Tungku pembakaran
·
Ruang purna bakar
·
Unit pembersih gas buang
·
Cerobong asap
Mula-mula
limbah padat yang dikumpulkan dituangkan ke dalam tungku
pembakar melalui suatu corong pengisi. Kemudian api dinyalakan didalam dengan pertolongan bahan bakar yang disemprotkan ke dalam tungku bakar. Ke dalam tungku bakar juga ditambahkan udara secara terpisah mempertahankan jumlah oksigen yang cukup guna menjaga kelangsungan pembakaran. Dalam tungku pembakar ini diusahakan agar api tersebut meratah ke seluruh bahian limbah padat.
pembakar melalui suatu corong pengisi. Kemudian api dinyalakan didalam dengan pertolongan bahan bakar yang disemprotkan ke dalam tungku bakar. Ke dalam tungku bakar juga ditambahkan udara secara terpisah mempertahankan jumlah oksigen yang cukup guna menjaga kelangsungan pembakaran. Dalam tungku pembakar ini diusahakan agar api tersebut meratah ke seluruh bahian limbah padat.
Selanjutnya,
gas-gas sisa pebakaran akan memulai ruang purna bakar untuk menyempurnakan
pembakaran. Di dalam ruang purna bakar selalu dijaga agar tidak terjadi
kekurangan oksigen. Hal ini dapat dilakukan dengan penambahan udara ke dalam
ruang purna bakar. Selainitu juga, factor temperatur dan lamanya gas tungku
berada dalam ruang purna pembakaran, sangat menentukan keberhasilan dalam ruang
purna bakar. Ada baiknya bila ruana purna pembakaran terdapat sebuah alat
pembakar tambahan untuk menjamin lebih sempurnanya pembakaran.
Selanjutanya
gas-gas sisa pembakaran yang panas dialirkan ke dalam ketel pembuanagn
panas.panas ini dapat digunakan untuk menghasilkan uap air. Selanjutnya gas-gas
ini ke dalam unit pembersihan gas buang, untuk menyaring partikel-partikel debu
dan gas-gas berbahaya lainnya sebelum dikeluarkan melalui cerobong asap.
Bila
tidak dioprasikan dengan tepat, cara ini dapat mengakibatakan pencemaran udara.
Karena itu penggunaan alat ini harus dibarengi dengan pematauan gas-gas yang
dihasilakan dalam proses pembakaran limbah padat.
Limbah
padat yang mengadung bahan organik dan tidak mengandung Bahan Berbahaya dan
Beracun dapat diproses secara biologi untuk mengurangi volumenya ataupun dapat
juga memperoleh produk yang berguna seperti kompos maupun biogas. Seperti
pengolahan air limbah, pengolahan limbah padat dengan cara biologi dapat
dilakukan melalui proses aerobic (composting), anaerobic ( biogas) taupun kombinasi antara keduanya Hasil akhir
pengolahan dengan cara ini dapat berupa pupuk kompos maupun biogas. Namun cara
ini berpotensi untuk mengeluarkan bau yang tidak sedap.
Limbah
padat organic yang merupakan sisa makanan dapat diolah menjadi animal feeding (makanan ternak). Selain itu, limbah padat
juga dapat diperkecil volumenya dengan cara penekanan sehingga mengurangi areal
penyimpanan sampah tersebut.
Terlihat
bahwa pengolahan limbah padat haruslah dilakukan secara bijak, untuk sangat
dibutuhkan pengetahuan akan karakteristik masing-masing.
3.2 HUBUNGAN LIMBAH PADAT DENGAN KESEHATAN
LINGKUNGAN
Limbah padat mengakibatkan gangguan
kesehatan, terutama bila di dalam limbah padat tersebut terdapat mikroorganisme
pathogen, ataupun bahan berbahaya atau beracun. Di samping itu, proses
pembusukan, pembakaran, dan pembuangan limbah padat biasanya menghasilkan
gas-gas yang dapat mengganggu estetika (Mulia,2005).
Menurut Soemirat (2006) pengaruh
sampah terhadap kesehatan manusia dikelompokkan menjadi 2 kelompok:
1.
Efek langsung
Efek
langsung adalah efek yang disebabkan karena kontak langsung dengan sampah
tersebut, misalnya sampah beracun, sampah yang korosif terhadap tubuh, yang
karsinogenik, dan teratogenik. Selain itu ada pula sampah yang mengandung kuman
pathogen sehingga dapat menimbulkan penyakit.
2. Efek tidak langsung
Pengaruh tidak langsung dapat dirasakan
masyarakat akibat proses pembusukan, pembakaran dan pembuangan sampah.
Dekomposisi sampah biasanya terjadi secara aerobik, dilanjutkan secara
fakultatif, dan secara anaerobic apabila oxigen telah habis. Menurut Mukono (2005) pengelolaan sampah
mempunyai pengaruh terhadap masyarakat dan lingkungan.
1. Pengaruh yang positif
Pengelolaan sampah yang baik akan memberikan
pengaruh yang positif terhadap masyarakat dan lingkungannya, seperti berikut:
(Chandra, 2005).
1.
Sampah yang dapat dimanfaatkan unuk
menimbun lahan semacam rawa-rawa dan dataran rendah.
2.
Sampah dapat dimanfaatkan untuk pupuk.
3.
Sampah dapat diberikan untuk makanan
ternak setelah menjalani proses pengelolaan yang telah ditetukan lebih dahulu
untuk mencegah pengaruk buruk sampah tersebut terhadap ternak.
4.
Pengelolaan sampah menyebabkan
berkurangnya tempat untuk berkembang biak serangga atau binatang pengerat.
5.
Menurunkan insidensi kasus penyakit
menular yang erat hubungannya dengan sampah.
6.
Keadaan estetika lingkungan yang bersih
menimbulkan kegairahan hidup masyarakat.
7.
Keadaan lingkungan yang baik
mencerminkan kemajuan budaya masyarakat.
8.
Keadaan lingkungan yang baik akan
menghemat pengeluaran suatu Negara sehingga dana itu dapat digunakan untuk
keperluan lain.
2. Pengaruh
negatif
Pengaruh negatif dari pengelolaan
sampah ini tampak pada 3 aspek:
a. Aspek Kesehatan
- Sampah
dapat memberikan tempat tinggal bagi vektor penyakit, seperti:
serangga, tikus, cacing, jamur.
serangga, tikus, cacing, jamur.
- Dari
vektor yang tersebut di atas dapat menimbulkan penyakit, antara lain:
1. Insect
borne disease
Lalat :
diare, cholera, typus
Nyamuk : DHF (dengue haemorrhagic
fever)
2. Rodent
disease
Pes, murnie typus
3. Vektor Jamur
Penyakit kulit dan candidiasis
4. Vektor
cacing
Taenia, hookworm, cacing gelang dan
cacing kremi.
b. Aspek
Lingkungan
- Estetika
lingkungan
- Penurunan
kualitas udara
- Pembuangan
sampah ke badan air akan menyebabkan pencemaran air
c. Aspek
sosial masyarakat
- Pengelolaan
sampah yang kurang baik dapat mencerminkan status keadaan sosial masyarakat
- Keadaan
lingkungan yang kurang saniter dan estetika akan menurunkan hasrat turis untuk
berkunjung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar